Balada Sumbing dan Sindoro: Kesedihan Prau

: Sumbing hari ini bangun lebih pagi dari yang lain. Dengan muka lusuhnya, sumbing beranjak ke dapur untuk membuat secangkir teh tambi. Teh tambi ini biasa diminum sumbing kala pagi, hal ini bisa menghangatkan badan Sumbing ditengah udara yang dingin desa terpencil di daerah pegunungan dimana hanya terdapat keindahan. Sumbing duduk di kursi kayu tua di emperan rumahnya, dan tampak menikmati sekali secangkir teh tambi yang baru saja dibuat. Setelah merasa cukup, sumbing masuk ke dalam rumah dan terlihat tergesa-gesa. Sumbing baru teringat kalau hari ini ada janji dengan pacarnya untuk pergi silaturahmi ke rumah teman mereka, Prau. Sumbing siap dengan motor vespa-nya setelah menghabiskan 1 jam untuk mandi dan berdandan rapi. Ya, sumbing tidak mau terlihat berantakan ketika bertemu dengan pacarnya itu. Rumah pacarnya tidak jauh dari rumah Sumbing. Tidak lama menunggangi motor vespa-nya dengan kecepatan 25km/jam sumbing tiba di rumah pacarnya itu. Tok tok tok!!, Sumbing mengetuk pintu. “Assalamualaikum..Sin..Sin..” seru Sumbing. Tidak lama seseorang membukakan pintu untuknya. Dia adalah Sindoro, pacar sumbing yang selalu setia mendapingi sumbing setiap harinya. Bagaikan Romeo dan Juliet. Sumbing mendapati Sinsin (panggilan sayang untuk sindoro) sudah terlihat cantik dan menawan dengan bibir tipisnya.” yokk cuss yank” jawab Sinsin. Sinsin sudah tau maksud kedatangan Sumbing. Tidak banyak percakapan mereka berdua pergi berboncengan menuju rumah teman mereka. Rumah Prau dari rumah Sinsin masih agak jauh, sekitar 30 menit naik motor ke arah utara. Saking asiknya mereka bercengkrama di perjalanan, mereka mendapati rumah si Prau tinggal beberapa meter lagi. Kemudian sampailah mereka berdua di depan rumah Prau. Mereka terdiam mendapati Prau duduk termenung dengan wajah muram di depan rumahnya itu. “Heiiiii brooo...!!!”, sapa sumbing dengan wajah sumringah bertemu kawan lamanya itu. “heii..”, jawab prau dengan wajah datar. Sinsin dan Sumbing saling bertatap mata, seoalah ada komunikasi non verbal antara mereka berdua karena mereka merasakan hal yang aneh yang terjadi pada teman mereka itu. Mereka berdua menghampiri Prau dan duduk di sampingnya. “Apa kamu baik-baik saja?” tanya Sinsin seraya menyentuh pundak Prau. “Nggak ada apa-apa sin, sante saja”, jawab prau dengan senyuman yang terlihat dipaksakan. “Ada apa sebenarnya bro, wajahmu terlihat murung, cerita aja ke kita, barangkali kita bisa bantu” sahut Sumbing. “ Aku nggak tau harus bagaimana lagi mbing, sin! Lihat disekitar kalian, lingkungan tempat dimana aku tinggal ini sudah tidak seperti dulu lagi, keindahan yang selalu menyambut pagiku kini telah pergi, mereka telah merusaknya!!”, jawab Prau dengan menggebu-gebu. “Mereka? Mereka siapa?” tanya Sinsin. “Mereka, Aku tidak tau mereka siapa, yang Aku tau mereka mengaku sebagai pecinta alam, yang silih berganti datang ke lingkungan tampat tinggalku ini” jawab Prau. “Lantas, apa yang mereka lakukan? sehingga membuatmu merasa sangat marah?” tanya Sumbing. “Lihatlah, mereka datang dan meninggalkan setumpuk benda itu dan lantas pergi” jawab Prau sambil menunjukan tangannya ke arah setumpukan benda yang terlihat mengganggu untuk dipandang, kotor, dan berantakan. ”Itu apa?? terlihat mengerikan sekali, aku belum pernah melihat benda seperti itu sebelumnya” tanya Sumbing. “itu yang dinamakan sampah! sampah itu yang menjadikan tempat ini tidak indah lagi, tidak hanya itu, aku tidak tau beberapa waktu kedepan, hal itu akan berdampak lebih buruk pada kehidupan kita. Yang perlu kalian tahu, benda ini akan menghilangkan kata ‘indah’ dari kamus kita.” Jawab Prau . “Peringatkan mereka agar tidak meninggalkan benda mengerikan ini!” timpal Sinsin. “Percuma! sudah ribuan kali aku peringatkan, tetapi mereka tidak mau mendengarkan, apa mereka semuanya tuli?, bahkan, sudah kubuatkan plang begitu besarnya untuk mengingatkan mereka, tetapi tetap saja tidak ada hasilnya, apa mereka tidak bisa baca? Tidak mungkin, kebanyakan dari mereka mengenyam pendidikan tinggi, dari kalangan akademisi. Ya! aku tau, mereka tidak tuli dan tidak buta huruf, mereka hanya tidak punya MALU!!!” Profil Penulis Nama : Visian Pramudika Tempat/Tanggal Lahir : Purbalingga, 24-08-1992 Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Karangbanjar Rt 03/01. Kec. Bojongsari, Purbalingga Hobi : Mendaki Gunung, Rock Climbing No. Hp : 085725850346 Email : vixianp(@gmail.com Fb/twitter/IG: visian pramudika /@visianpram/@visianpram

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar